next..
16.32
Azizah masuk rumah seraya mengucap salam tapi abah diam saja dengan raut muka yang membuat Azizah deg-degan. Disusul oleh ibu.
Abah : (menghela nafas dan berdiri dengan tangan mengecak pinggang) “Sejak kapan kamu bernyanyi dengan musik-musik yang tidak berfaedah itu ??! Hah ?? Jawab !
Azizah : “Ayah.. Tahu darimana?”
Abah : “Alah ! Sudahlah .. ! cepat kau jawab!”
Azizah : (Diam agak lama. Ummi sambil mengusap pundaknya) “benar abah.”
Abah : “Apa? Kamu bilang apa? Jadi kamu sudah berani menantang abahmu ? iya ?!!”
Ummi : “Sabar bah. Azizah baru datang.”
Abah : “Tidak peduli ! cepat kau jawab!”
Azizah : “Ma’afkan saya bah, bukan maksud Azizah untuk menentang abah. Azizah hanya ingin meluruskan apa yang menurut abah selama ini salah tentang musik-musik modern itu.”
Abah : “Kamu mau mengajari ayah ??!”
Ummi : “Yah, biarkan dia selesaikan bicaranya.”
(diam hening sejenak, ummi dan azizah saling bertatapan seraya mengisyaratkan azizah untuk melanjutkan bicaranya)
Azizah : “Azizah tidak bermaksud melawan abi, musik modern sekarang sudah lebih diminati banyak masyarakat bi, hanya saja karena musik-musik itu sering digunakan untuk menyampaikan syair-syair yang membutakan hati, orang-orang seperti kita yang selalu berusaha untuk menjaga hati dari hal-hal yang melalaikan jadi beranggapan bahwa musik-musik modern itu tidak berfaedah. Ditambah lagi dengan pembawaan pemainnya yang tidak islami. Tapi bi, bukannya banyak juga penyanyi-penyanyi yang menyuguhkan lagu-lagu islami dengan penampilan islami pula yang ternyata itu juga menjadi salah satu cara manjur untuk menyebarkan syi’ar Islam ? Azizah ingin menjadi bagian dari mereka ..
(diam sejenak, beberapa saat kemudian abi masuk kamar. Ummi tersnyum pada Azizah)
Pagi hari di sekolah,
Togar : “Hahaha .... Aku tak bisa bayangkan rencana mereka akan gagal. Lagipula, siapa suruh si jelek Fariz itu berani mendekati bidadari ku Azizah ? Sok perhatian pula ! Macam mana aku tak kesal dibuatnya ? Oala .. si Togar dilawan ! (Melipat tangan dengan raut wajah yang sombong)
Bendul : “Bb .. bos .. bb .. Bukannya dengan begitu bb .. bos justru membuat bb .. bidadari bos sedih ?”
Togar : “Kau ... ! (seraya terputus, mau bilang sesuatu tapi ga jadi) hmmm ..
Bendul : “Bb .. benar kan bos ? Mm ... masa bos mau liat o.. orang yang bos suka sedih ?”
Togar : (manggut-manggut) “ setelah ku pikir, ada benarnya juga kau. Seharusnya aku membantu dia, bukan malah menghalangi. Baiklah, kalau begitu aku akan meminta ma’af kepadanya. Tak sia-sia aku punya teman seperti kau. Walaupun o’on , tapi bolehlah. (Bendul hanya geleng-geleng sambil berbisik pelan kesamping)
Bendul : “Ss .. sebenarnya yang o’on aa .. aku apa dia ?” (tertawa sikut)
Togar : “Pulang sekolah, kau ikut ia ke tempat Azizah ?”
Bendul : “Rr .. rebes bos !”
Pulang sekolah Azizah dan sahabat-sahabatnya ..
Halwa : “Iya ya .. Darimana Kyai tahu tentang rencanamu itu ? Padahal hanya ada kamu dan Fariz kan ? Lagipula mana mungkin Fariz ngasih tahu ke Kyai ? Orang kalian aja jalan bareng.
Azizah : “Itu dia Halwa .. Aku juga ga tahu.”
Lathifah: “Apa karena Kyai orang alim trus bisa baca gerak-gerikmu Zah?”
Hilya : “Atau jangan-jangan ada yang ngasih tahu ke beliau? Kalau benar iya trus siapa?”
Najwa : “Uda .. ga usah menduga-duga. Darimana pun beliau tahu, yang penting sekarang gimana caranya agar Kyai bisa ngerti dan mau ngasih jalan buat Azizah.” (Sambil jalan)
Di rumah
Azizah : “Assalamu’alaikum.” (Sambil masuk ke rumah)
Abi/Ummi/Togar: “Walaikumsalam.”
Azizah : “Togar ? Sendirian kamu ?”
Togar : “Iya zah.”
Ummi : “Duduk dulu nak.”
Azizah : “Iya Ummi. Ada apa kok pada ngumpul gini ?”
Togar : “Begini Zah. Kedatanganku kesini hanya ingin bicara dengan Kyai dan minta ma’af sama kamu.”
Azizah : (Muka heran) “Minta ma’af ? Kenapa ?”
Togar : “Sebenarnya aku nguping pembicaraanmu sama Fariz waktu itu. Lalu aku sembunyi-sembunyi bilang ke Kyai. Aku merasa bersalah zah. Kau mau kan ma’afin aku?”
Azizah : “Oo jadi kamu yang ngasih tahu ke abah ?”
Abah : “Iya, dia yang kasih tahu. Setelah abah pikir-pikir, kamu betul juga. Sekarang abah sudah mengizinkan kamu untuk melanjutkan rencanamu itu. Berdakwahlah nak dengan cara apapun. Abah akan selalu mendo’akanmu.”
Azizah : (senang dan tak percaya) “Abah ?? Alhamdulillah ... Terima kasih bah ... Ummi ...”
(sambil memeluk ummi)
Besok hari, Fariz sedang membaca buku
Azizah : (lari dari belakang ke arah Fariz) “Fariz .... !”
Fariz : “Azizah ? Ada apa kok lari-lari?”
Azizah : “Aku senang riz, abah ..”
Fariz : “Kenapa dengan Kyai?”
Azizah : “Abah udah ngasih izin ke aku buat main musik.”
Fariz : “O ia ? Alhamdulillah (ekspresi senang). Lalu apa rencanamu selanjutnya?”
Azizah : “mmmm ada deh !”
Fariz : “Kok gitu ?”
Azizah : (sambil tertawa) “Iya iya aku kasih tau tenang aja. Yang penting kamu bantuin aku iya !”
Fariz : “Oke, yang penting kamu senang aku juga ikut senang dan akan selalu siap bantu kamu, insya Allah.”
Azizah : “Terima kasih ya!”
Di Sekolah
Halwa : “Cie .. Makin deket aja nih kalau gitu sama Fariz.”
Azizah : “Halwa .. Ga gitu kali .. Murni untuk ngurusin band religi.”
Najwa : “Itu kamu Zah. Kalau Fariz ? Bukannya dia suka kamu?”
Azizah : “Apa si ?”
Hilya : “Oia Zah, aku dengar ada lomba band tingkat kota. Kamu ga mau ikut?”
Lathifah: “Kesempatan tuh Zah!”
Azizah : “Boleh. Nanti aku omongin ke Fariz, biar kita bisa siapin semuanya.”
Halwa : “Ehem!”
Azizah : (sambil menyikut) “Halwa!”
Azizah dan Fariz nyanyi sambil gitar
Togar : “Wah .. Rupanya sudah matang juga ya?”
Azizah : “Alhamdulillah.”
Togar : “Aku ikut senang. Sukses ya !”
Azizah : “Amin. Terima kasih Gar.”
Bendul : “Bb .. Bos .. Bos tumben manis kk .. kayak tadi?”
Togar : (senyum) “Melihat dia senang bagiku sudah cukup Dul. Lagipula kalau aku memaksa dia untukku aku takut dia tak bahagia. Aku sadar, tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.”
Bendul : “Wahh .. Bb .. Bos hebat ! Tumben”
Togar : (hanya senyum sambil jalan)
Pulang Sekolah, Azizah, Halwa, Najwa, Lathifah, Hilya, Alifia, Fariz , ngumpul sambil ngobrol-ngobrol tentang lomba dan saling ngucapin selamat.
Bendul : “Bb .. Bos .. Kok rame ya ? Ada apa ?”
Togar : “Aku juga tak tau. Langsung saja kita kesana!”
Togar : “Assalamu’alaikum. Dilihat dari wajah-wajahnya sepertinya lagi bahagia. Betulkah itu?”
Alifia : “Iya, Fariz dan Azizah berhasil memenangkan lomba band yang kemarin.”
Togar : “Selamat kalau begitu. Lalu apakah kita ditraktir ?”
Azizah : “Di rumah insya Allah diadakan selamatan kecil-kecilan. Kalian semua datang ya !” (Semua senang)
Di rumah, semua sahabat Azizah datang mengucap salam
Azizah : “Wa’alaikumussalam. Silahkan masuk.”
Ummi : “Ayo nak masuk semua jangan sungkan-sungkan.”
Abi : “Alhamdulillah. Senang sekali ya rasanya bisa berkumpul seperti ini. Apalagi kita dalam rangka selamatan atas kemenangan nak Azizah dan nak Fariz.”
Azizah : “Abah.. (malu). Langsung do’a bi ..”
Abi : “Iya (berdoa).”
Ummi : “Sekarang dimakan kuenya.”
Azizah : “Azizah sangat senang sekali akhirnya bisa merasakan suasana seperti ini. Abah, Ummi, dan semua sahabat-sahabat ku. Terima kasih sudah dukung dan do’a untuk dakwah lewat band ini. Bagi Azizah keberadaan kalian semua sangat berarti.
Halwa : “Kita semua sahabat kamu, jadi akan selalu ada buat kamu, insya Allah.” (diiyakan oleh yang lain)
Abah : (menghela nafas dan berdiri dengan tangan mengecak pinggang) “Sejak kapan kamu bernyanyi dengan musik-musik yang tidak berfaedah itu ??! Hah ?? Jawab !
Azizah : “Ayah.. Tahu darimana?”
Abah : “Alah ! Sudahlah .. ! cepat kau jawab!”
Azizah : (Diam agak lama. Ummi sambil mengusap pundaknya) “benar abah.”
Abah : “Apa? Kamu bilang apa? Jadi kamu sudah berani menantang abahmu ? iya ?!!”
Ummi : “Sabar bah. Azizah baru datang.”
Abah : “Tidak peduli ! cepat kau jawab!”
Azizah : “Ma’afkan saya bah, bukan maksud Azizah untuk menentang abah. Azizah hanya ingin meluruskan apa yang menurut abah selama ini salah tentang musik-musik modern itu.”
Abah : “Kamu mau mengajari ayah ??!”
Ummi : “Yah, biarkan dia selesaikan bicaranya.”
(diam hening sejenak, ummi dan azizah saling bertatapan seraya mengisyaratkan azizah untuk melanjutkan bicaranya)
Azizah : “Azizah tidak bermaksud melawan abi, musik modern sekarang sudah lebih diminati banyak masyarakat bi, hanya saja karena musik-musik itu sering digunakan untuk menyampaikan syair-syair yang membutakan hati, orang-orang seperti kita yang selalu berusaha untuk menjaga hati dari hal-hal yang melalaikan jadi beranggapan bahwa musik-musik modern itu tidak berfaedah. Ditambah lagi dengan pembawaan pemainnya yang tidak islami. Tapi bi, bukannya banyak juga penyanyi-penyanyi yang menyuguhkan lagu-lagu islami dengan penampilan islami pula yang ternyata itu juga menjadi salah satu cara manjur untuk menyebarkan syi’ar Islam ? Azizah ingin menjadi bagian dari mereka ..
(diam sejenak, beberapa saat kemudian abi masuk kamar. Ummi tersnyum pada Azizah)
Pagi hari di sekolah,
Togar : “Hahaha .... Aku tak bisa bayangkan rencana mereka akan gagal. Lagipula, siapa suruh si jelek Fariz itu berani mendekati bidadari ku Azizah ? Sok perhatian pula ! Macam mana aku tak kesal dibuatnya ? Oala .. si Togar dilawan ! (Melipat tangan dengan raut wajah yang sombong)
Bendul : “Bb .. bos .. bb .. Bukannya dengan begitu bb .. bos justru membuat bb .. bidadari bos sedih ?”
Togar : “Kau ... ! (seraya terputus, mau bilang sesuatu tapi ga jadi) hmmm ..
Bendul : “Bb .. benar kan bos ? Mm ... masa bos mau liat o.. orang yang bos suka sedih ?”
Togar : (manggut-manggut) “ setelah ku pikir, ada benarnya juga kau. Seharusnya aku membantu dia, bukan malah menghalangi. Baiklah, kalau begitu aku akan meminta ma’af kepadanya. Tak sia-sia aku punya teman seperti kau. Walaupun o’on , tapi bolehlah. (Bendul hanya geleng-geleng sambil berbisik pelan kesamping)
Bendul : “Ss .. sebenarnya yang o’on aa .. aku apa dia ?” (tertawa sikut)
Togar : “Pulang sekolah, kau ikut ia ke tempat Azizah ?”
Bendul : “Rr .. rebes bos !”
Pulang sekolah Azizah dan sahabat-sahabatnya ..
Halwa : “Iya ya .. Darimana Kyai tahu tentang rencanamu itu ? Padahal hanya ada kamu dan Fariz kan ? Lagipula mana mungkin Fariz ngasih tahu ke Kyai ? Orang kalian aja jalan bareng.
Azizah : “Itu dia Halwa .. Aku juga ga tahu.”
Lathifah: “Apa karena Kyai orang alim trus bisa baca gerak-gerikmu Zah?”
Hilya : “Atau jangan-jangan ada yang ngasih tahu ke beliau? Kalau benar iya trus siapa?”
Najwa : “Uda .. ga usah menduga-duga. Darimana pun beliau tahu, yang penting sekarang gimana caranya agar Kyai bisa ngerti dan mau ngasih jalan buat Azizah.” (Sambil jalan)
Di rumah
Azizah : “Assalamu’alaikum.” (Sambil masuk ke rumah)
Abi/Ummi/Togar: “Walaikumsalam.”
Azizah : “Togar ? Sendirian kamu ?”
Togar : “Iya zah.”
Ummi : “Duduk dulu nak.”
Azizah : “Iya Ummi. Ada apa kok pada ngumpul gini ?”
Togar : “Begini Zah. Kedatanganku kesini hanya ingin bicara dengan Kyai dan minta ma’af sama kamu.”
Azizah : (Muka heran) “Minta ma’af ? Kenapa ?”
Togar : “Sebenarnya aku nguping pembicaraanmu sama Fariz waktu itu. Lalu aku sembunyi-sembunyi bilang ke Kyai. Aku merasa bersalah zah. Kau mau kan ma’afin aku?”
Azizah : “Oo jadi kamu yang ngasih tahu ke abah ?”
Abah : “Iya, dia yang kasih tahu. Setelah abah pikir-pikir, kamu betul juga. Sekarang abah sudah mengizinkan kamu untuk melanjutkan rencanamu itu. Berdakwahlah nak dengan cara apapun. Abah akan selalu mendo’akanmu.”
Azizah : (senang dan tak percaya) “Abah ?? Alhamdulillah ... Terima kasih bah ... Ummi ...”
(sambil memeluk ummi)
Besok hari, Fariz sedang membaca buku
Azizah : (lari dari belakang ke arah Fariz) “Fariz .... !”
Fariz : “Azizah ? Ada apa kok lari-lari?”
Azizah : “Aku senang riz, abah ..”
Fariz : “Kenapa dengan Kyai?”
Azizah : “Abah udah ngasih izin ke aku buat main musik.”
Fariz : “O ia ? Alhamdulillah (ekspresi senang). Lalu apa rencanamu selanjutnya?”
Azizah : “mmmm ada deh !”
Fariz : “Kok gitu ?”
Azizah : (sambil tertawa) “Iya iya aku kasih tau tenang aja. Yang penting kamu bantuin aku iya !”
Fariz : “Oke, yang penting kamu senang aku juga ikut senang dan akan selalu siap bantu kamu, insya Allah.”
Azizah : “Terima kasih ya!”
Di Sekolah
Halwa : “Cie .. Makin deket aja nih kalau gitu sama Fariz.”
Azizah : “Halwa .. Ga gitu kali .. Murni untuk ngurusin band religi.”
Najwa : “Itu kamu Zah. Kalau Fariz ? Bukannya dia suka kamu?”
Azizah : “Apa si ?”
Hilya : “Oia Zah, aku dengar ada lomba band tingkat kota. Kamu ga mau ikut?”
Lathifah: “Kesempatan tuh Zah!”
Azizah : “Boleh. Nanti aku omongin ke Fariz, biar kita bisa siapin semuanya.”
Halwa : “Ehem!”
Azizah : (sambil menyikut) “Halwa!”
Azizah dan Fariz nyanyi sambil gitar
Togar : “Wah .. Rupanya sudah matang juga ya?”
Azizah : “Alhamdulillah.”
Togar : “Aku ikut senang. Sukses ya !”
Azizah : “Amin. Terima kasih Gar.”
Bendul : “Bb .. Bos .. Bos tumben manis kk .. kayak tadi?”
Togar : (senyum) “Melihat dia senang bagiku sudah cukup Dul. Lagipula kalau aku memaksa dia untukku aku takut dia tak bahagia. Aku sadar, tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.”
Bendul : “Wahh .. Bb .. Bos hebat ! Tumben”
Togar : (hanya senyum sambil jalan)
Pulang Sekolah, Azizah, Halwa, Najwa, Lathifah, Hilya, Alifia, Fariz , ngumpul sambil ngobrol-ngobrol tentang lomba dan saling ngucapin selamat.
Bendul : “Bb .. Bos .. Kok rame ya ? Ada apa ?”
Togar : “Aku juga tak tau. Langsung saja kita kesana!”
Togar : “Assalamu’alaikum. Dilihat dari wajah-wajahnya sepertinya lagi bahagia. Betulkah itu?”
Alifia : “Iya, Fariz dan Azizah berhasil memenangkan lomba band yang kemarin.”
Togar : “Selamat kalau begitu. Lalu apakah kita ditraktir ?”
Azizah : “Di rumah insya Allah diadakan selamatan kecil-kecilan. Kalian semua datang ya !” (Semua senang)
Di rumah, semua sahabat Azizah datang mengucap salam
Azizah : “Wa’alaikumussalam. Silahkan masuk.”
Ummi : “Ayo nak masuk semua jangan sungkan-sungkan.”
Abi : “Alhamdulillah. Senang sekali ya rasanya bisa berkumpul seperti ini. Apalagi kita dalam rangka selamatan atas kemenangan nak Azizah dan nak Fariz.”
Azizah : “Abah.. (malu). Langsung do’a bi ..”
Abi : “Iya (berdoa).”
Ummi : “Sekarang dimakan kuenya.”
Azizah : “Azizah sangat senang sekali akhirnya bisa merasakan suasana seperti ini. Abah, Ummi, dan semua sahabat-sahabat ku. Terima kasih sudah dukung dan do’a untuk dakwah lewat band ini. Bagi Azizah keberadaan kalian semua sangat berarti.
Halwa : “Kita semua sahabat kamu, jadi akan selalu ada buat kamu, insya Allah.” (diiyakan oleh yang lain)





