KONSEP
Tentang seorang wanita yang ingin berdakwah dengan cara menggunakan musik-musik modern yang justru menjadi kontra dalam kehidupannya sehari-hari. Dimana di kampung tempat tinggalnya tersebut masih kental dengan budaya-budaya pesantren yang masih kolot.
Pemain :
1. Nur Atiqoh sbg Annisa Azizah (Pintar, cantik, pemberani, ceria dan sopan)
2. Fachruddin Aabid sbg Muhammad Fariz (Lembut, suka musik, alim, pintar, dewasa, dikagumi azizah)
3. Tari sbg Ummi/Nyai (Bijaksana, lemah lembut, pengertian, penyayang)
4. RB Wafa sbg Abah/Kyai (Keras, disiplin, tegas)
5. Alif sbg Bendul (Teman Togar yang kental dengan bahasa Tegal yang juga gagap dan setia pada Togar)
6. Mia Adila Alifia (Teman akrab satu pondok Azizah)
7. Rachmad Wahyu sbg Togar (Teman satu pondok fulan 1 yang juga suka Azizah tapi ga suka sama fulan 1)
8. Lusy sbg Najwa (Teman satu pondok azizah)
9. Rulita Amalia sbg Halwa (Teman satu pondok azizah yang polos dan suka pelupa, ceplas-ceplos)
10. Nadia M sbg Hilya (Teman satu pondok azizah)
11. Devi Artanti sbg Lathifah (Teman satu pondok azizah, lembut)
Pada pagi hari ketika Azizah ingin berangkat ke Sekolah,
Azizah : “Saya berangkat dulu ummi, abah.” (seraya salim dan beranjak)
Ummi : “Belajar yang benar ia nak(jawa halus)”
Azizah : “Nggih ummi, Assalamu’alaikum.”
Ummi/Abah : “Walaikumsalam.”
Abah duduk sambil menikmati teh panas bersama ummi.
Abah : “Anak kita sudah besar ummi, kita harus jaga dia denagn baik. Apalagi anak kita cantik dan pintar. Abah khawatir banyak godaan diluar sana(jawa alus).”
Ummi : “ia bah, ummi ngerti. Setahu ummi selama ini dia anak yang nurut. Semoga saja tidak mengecewakan kita.”
Di pondok Togar bersama Yusuf sedang berbicara
Togar : “Git, kau tau tidak, tadi malam aku bermimpi tentang Azizah. Aku menikah dengannya. Dia cantik sekali. Bagaikan bidadari dan bidadara !
Bendul : “Bi .. bi .. bidadara ? hehe .. Bb .. bos, bos itu pantasnya jadi burung dara yang terbang dengan angan-angan yang tak pasti un.. un.. untuk bisa mendapatkan seorang Azizah.”
Togar : “Heh ! Lancang kali kau bicara seperti itu ! Aku tak minta komentar kau ! Diamlah!
Bendul : “Bos marah ia ? Hehe .. ma.. ma.. ma’avin inyong ia bos.” (cengar-cengir)
Togar : “Hah ! Kau itu buat bete aku saja.” (sambil berlalu)
Bendul : “Bb .. bos bos ! Tunggu !” (berlalu mengejar Togar)
Di Pondok Azizah bersama teman-teman mengaji bersama.
Azizah dan teman-teman : “Shodaqallahul ‘adzhim.” (sambil mencium al-qur’an)
Najwa : “ Azizah, bagaimana dengan lagumu yang diiringi dengan musik modern itu? Apakah Kyai mengetahui? Lalu bagaimana tanggapan beliau ?
Halwa : “Iya Zah. Kita kan tahu kalau di agama kita tidak boleh menggunakan alat musik yang keras dan yang semacam petikan-petikan itu. Apa namanya aku lupa ?”
Hilya : “Gitar ?”
Halwa : “Nah itu maksudku.” (yang lain tertawa cekikikan)
Lathifah : “Halwa .. Halwa .. Masa gitar aja ga tau sih ?”
Halwa : “Ah kamu thif, bukannya ga tau, tapi lupa.”(nyolot)
Najwa : (tertawa kecil) “Dasar kamu Halwa. Sukanya kok lupa.”
Halwa : “Zah lanjut yang tadi. Trus katanya ga boleh itu karena dikawatirkan menyebabkan hati pemainnya jadi sombong.”
Azizah : “Begini teman-teman, musik yang tidak diperbolehkan dalam agama kita itu adalah musik yang membuat kita jauh pada Allah. Banyak kan sekarang musik atau lagu-lagu yang sering membawa larut perasaan sedih kita atau justru menjerumuskan kita pada hal yang dilarang Allah. Contohnya, lagu-lagu yang sanagat memuja seorang lawan jenisnya. Sampai dipuji-puji segala keindahan bentuk tubuhnya, akhirnya syahwat kan? Kalau musik atau lagu yang maknanya justru membuat kita lebih dekat kepada Allah justru mubah. Banyak juga kan orang yang senang ketika disuguhi lagu-lagu bernuansa islami misalnya. Padahal mereka punya banyak masalah. Tapi akhirnya terhibur. Nah karena itu aku lebih semangat untuk bisa bersyi’ar dalam syair. Aku ingin membangkitkan hati-hati saudara kita agar lebih dekat kepada Allah.”(senyum. Yang lain manggut-manggut)
Lathifah : “Iya Azizah benar”
Halwa : “Oh gitu.”
Azizah : “Kalau abah, aku rasa beliau belum tau, mungkin kalau tau akan marah besar karena kalian tau sendiri kan abah bagaimana? Beliau sangat keras pendidikannya.”
Najwa : “ia kita semua tau. Lalu apa tindakanmu?”
Azizah : “Untuk sementara aku masih harus diam-diam dulu latihannya.”
Lathifah : “Hati-hati lo zah jangan sampai bikin abah marah besar sama kamu.”
Azizah : “Kalian do’akan saja ya!” (senyum)
Di sore hari, Azizah sedang duduk santai di pantai sambil memetik gitar dan bernyanyi.
Azizah : (nyanyi sambil gitaran)
Fariz : (lewat dengan pelan dari belakang sambil tersenyum memperhatikan Azizah)
Azizah : (Berhenti nyanyi)
Fariz : (tepuk tangan sambil mendekat dan duduk bersama)
Azizah : (kaget) “Fariz ?”
Fariz : (senyum sambil mendekat dan duduk bersama) “Assalamu’alaikum ya Azizah”
Azizah : “Wa’alaikumussalam wa rohamah. Sudah lama kamu disini ?”
Fariz : “Sejak kamu bernyanyi dengan petikan gitarmu itu.”
Azizah : (tersipu malu)
Fariz : “Aku suka lagunya. Suaramu juga indah. Kenapa tidak rekaman saja?”
Azizah : (menghela nafas) “Aku juga ingin seperti itu Fariz. Tapi masih proses. Aku perlu waktu untuk semua ini. Apalagi abah yang sepertinya akan sangat menolak keinginanku ini.”
Fariz : “Ya, aku tau abahmu seperti apa. Tapi menurutku, ga ada salahnya kalau kita coba untuk bilang ke ummi mu dulu. Siapa tau beliau bisa bantu ngomong ke abah. Ya kan ?”
Azizah : “Ia kamu benar. Insya Allah nanti aku coba ngomong ke ummi. Syukron ya Fariz.”
Fariz : “Afwan ya Azizah.”
(tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Togar dan Sigit diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka dan pergi untuk menemui Kyai dg maksud memberitahukan apa yg telah mereka dengar)
Bendul : “Mau kemana bos?”
Togar : “Hah ! kau diam lah ! pokoknya kau ikut aku ! no comment!”
Bendul : “i .. i.. ia bos ! tap .. tap .. tapi jgn marah-marah terus bos. I .. i .. inyong kan Cuma tanya.”
Togar : (kesal dan menutup mulut Bendul seraya bilang,) “cepat !”
Azizah ketika pulang menuju rumah dan ingin masuk kedalam, terlihat ummi sedang panik melirik sana-sini
Azizah : (heran) “Ada apa ummi kok panik?”
Ummi : “Azizah .. Alhamdulillah kamu datang nak. Abimu menunggu di ruang tamu. Beliau dalam keadaan marah. Kamu yang hati-hati ya nduk.”
Azizah : “Marah? Marah ke siapa ummi ?”
Ummi : “Sudahlah, kamu masuk saja nduk.”
Tentang seorang wanita yang ingin berdakwah dengan cara menggunakan musik-musik modern yang justru menjadi kontra dalam kehidupannya sehari-hari. Dimana di kampung tempat tinggalnya tersebut masih kental dengan budaya-budaya pesantren yang masih kolot.
Pemain :
1. Nur Atiqoh sbg Annisa Azizah (Pintar, cantik, pemberani, ceria dan sopan)
2. Fachruddin Aabid sbg Muhammad Fariz (Lembut, suka musik, alim, pintar, dewasa, dikagumi azizah)
3. Tari sbg Ummi/Nyai (Bijaksana, lemah lembut, pengertian, penyayang)
4. RB Wafa sbg Abah/Kyai (Keras, disiplin, tegas)
5. Alif sbg Bendul (Teman Togar yang kental dengan bahasa Tegal yang juga gagap dan setia pada Togar)
6. Mia Adila Alifia (Teman akrab satu pondok Azizah)
7. Rachmad Wahyu sbg Togar (Teman satu pondok fulan 1 yang juga suka Azizah tapi ga suka sama fulan 1)
8. Lusy sbg Najwa (Teman satu pondok azizah)
9. Rulita Amalia sbg Halwa (Teman satu pondok azizah yang polos dan suka pelupa, ceplas-ceplos)
10. Nadia M sbg Hilya (Teman satu pondok azizah)
11. Devi Artanti sbg Lathifah (Teman satu pondok azizah, lembut)
Pada pagi hari ketika Azizah ingin berangkat ke Sekolah,
Azizah : “Saya berangkat dulu ummi, abah.” (seraya salim dan beranjak)
Ummi : “Belajar yang benar ia nak(jawa halus)”
Azizah : “Nggih ummi, Assalamu’alaikum.”
Ummi/Abah : “Walaikumsalam.”
Abah duduk sambil menikmati teh panas bersama ummi.
Abah : “Anak kita sudah besar ummi, kita harus jaga dia denagn baik. Apalagi anak kita cantik dan pintar. Abah khawatir banyak godaan diluar sana(jawa alus).”
Ummi : “ia bah, ummi ngerti. Setahu ummi selama ini dia anak yang nurut. Semoga saja tidak mengecewakan kita.”
Di pondok Togar bersama Yusuf sedang berbicara
Togar : “Git, kau tau tidak, tadi malam aku bermimpi tentang Azizah. Aku menikah dengannya. Dia cantik sekali. Bagaikan bidadari dan bidadara !
Bendul : “Bi .. bi .. bidadara ? hehe .. Bb .. bos, bos itu pantasnya jadi burung dara yang terbang dengan angan-angan yang tak pasti un.. un.. untuk bisa mendapatkan seorang Azizah.”
Togar : “Heh ! Lancang kali kau bicara seperti itu ! Aku tak minta komentar kau ! Diamlah!
Bendul : “Bos marah ia ? Hehe .. ma.. ma.. ma’avin inyong ia bos.” (cengar-cengir)
Togar : “Hah ! Kau itu buat bete aku saja.” (sambil berlalu)
Bendul : “Bb .. bos bos ! Tunggu !” (berlalu mengejar Togar)
Di Pondok Azizah bersama teman-teman mengaji bersama.
Azizah dan teman-teman : “Shodaqallahul ‘adzhim.” (sambil mencium al-qur’an)
Najwa : “ Azizah, bagaimana dengan lagumu yang diiringi dengan musik modern itu? Apakah Kyai mengetahui? Lalu bagaimana tanggapan beliau ?
Halwa : “Iya Zah. Kita kan tahu kalau di agama kita tidak boleh menggunakan alat musik yang keras dan yang semacam petikan-petikan itu. Apa namanya aku lupa ?”
Hilya : “Gitar ?”
Halwa : “Nah itu maksudku.” (yang lain tertawa cekikikan)
Lathifah : “Halwa .. Halwa .. Masa gitar aja ga tau sih ?”
Halwa : “Ah kamu thif, bukannya ga tau, tapi lupa.”(nyolot)
Najwa : (tertawa kecil) “Dasar kamu Halwa. Sukanya kok lupa.”
Halwa : “Zah lanjut yang tadi. Trus katanya ga boleh itu karena dikawatirkan menyebabkan hati pemainnya jadi sombong.”
Azizah : “Begini teman-teman, musik yang tidak diperbolehkan dalam agama kita itu adalah musik yang membuat kita jauh pada Allah. Banyak kan sekarang musik atau lagu-lagu yang sering membawa larut perasaan sedih kita atau justru menjerumuskan kita pada hal yang dilarang Allah. Contohnya, lagu-lagu yang sanagat memuja seorang lawan jenisnya. Sampai dipuji-puji segala keindahan bentuk tubuhnya, akhirnya syahwat kan? Kalau musik atau lagu yang maknanya justru membuat kita lebih dekat kepada Allah justru mubah. Banyak juga kan orang yang senang ketika disuguhi lagu-lagu bernuansa islami misalnya. Padahal mereka punya banyak masalah. Tapi akhirnya terhibur. Nah karena itu aku lebih semangat untuk bisa bersyi’ar dalam syair. Aku ingin membangkitkan hati-hati saudara kita agar lebih dekat kepada Allah.”(senyum. Yang lain manggut-manggut)
Lathifah : “Iya Azizah benar”
Halwa : “Oh gitu.”
Azizah : “Kalau abah, aku rasa beliau belum tau, mungkin kalau tau akan marah besar karena kalian tau sendiri kan abah bagaimana? Beliau sangat keras pendidikannya.”
Najwa : “ia kita semua tau. Lalu apa tindakanmu?”
Azizah : “Untuk sementara aku masih harus diam-diam dulu latihannya.”
Lathifah : “Hati-hati lo zah jangan sampai bikin abah marah besar sama kamu.”
Azizah : “Kalian do’akan saja ya!” (senyum)
Di sore hari, Azizah sedang duduk santai di pantai sambil memetik gitar dan bernyanyi.
Azizah : (nyanyi sambil gitaran)
Fariz : (lewat dengan pelan dari belakang sambil tersenyum memperhatikan Azizah)
Azizah : (Berhenti nyanyi)
Fariz : (tepuk tangan sambil mendekat dan duduk bersama)
Azizah : (kaget) “Fariz ?”
Fariz : (senyum sambil mendekat dan duduk bersama) “Assalamu’alaikum ya Azizah”
Azizah : “Wa’alaikumussalam wa rohamah. Sudah lama kamu disini ?”
Fariz : “Sejak kamu bernyanyi dengan petikan gitarmu itu.”
Azizah : (tersipu malu)
Fariz : “Aku suka lagunya. Suaramu juga indah. Kenapa tidak rekaman saja?”
Azizah : (menghela nafas) “Aku juga ingin seperti itu Fariz. Tapi masih proses. Aku perlu waktu untuk semua ini. Apalagi abah yang sepertinya akan sangat menolak keinginanku ini.”
Fariz : “Ya, aku tau abahmu seperti apa. Tapi menurutku, ga ada salahnya kalau kita coba untuk bilang ke ummi mu dulu. Siapa tau beliau bisa bantu ngomong ke abah. Ya kan ?”
Azizah : “Ia kamu benar. Insya Allah nanti aku coba ngomong ke ummi. Syukron ya Fariz.”
Fariz : “Afwan ya Azizah.”
(tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Togar dan Sigit diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka dan pergi untuk menemui Kyai dg maksud memberitahukan apa yg telah mereka dengar)
Bendul : “Mau kemana bos?”
Togar : “Hah ! kau diam lah ! pokoknya kau ikut aku ! no comment!”
Bendul : “i .. i.. ia bos ! tap .. tap .. tapi jgn marah-marah terus bos. I .. i .. inyong kan Cuma tanya.”
Togar : (kesal dan menutup mulut Bendul seraya bilang,) “cepat !”
Azizah ketika pulang menuju rumah dan ingin masuk kedalam, terlihat ummi sedang panik melirik sana-sini
Azizah : (heran) “Ada apa ummi kok panik?”
Ummi : “Azizah .. Alhamdulillah kamu datang nak. Abimu menunggu di ruang tamu. Beliau dalam keadaan marah. Kamu yang hati-hati ya nduk.”
Azizah : “Marah? Marah ke siapa ummi ?”
Ummi : “Sudahlah, kamu masuk saja nduk.”





