Berdiri: 18 Juni 1927
Alamat: JL Karanggayam No 1, Surabaya
Telepon : (031) 5032250
Faksimile: (031) 5024955
Ketua Klub: Saleh Ismail Mukadar
Stadion: Gelora 10 November Tambaksari, Surabaya.
Sejarah Singkat
Persatuan sepakbola Surabaya atau lebih populer dengan sebutan Persebaya adalah klub sepakbola profesional yang berkedudukan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Saat ini, tim berjuluk Bajul Ijo yang juga
dikenal dengan julukan Gren Force adalah salah satu tim kontestan divisi utama, kompetisi sepekbola level kedua di tanah air.
Seperti yang tercatat dalam sejarah, klub ini didirikan Paijo dan M Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, tim ini bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub sepakbola bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB) yang berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada 19 April 1930, SIVB bersama VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta), turut memprakarsai lahirnya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. Di mana, SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili M Pamoedji.
Setahun kemudian, kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final pada kompetisi yang digelar pertama kali itu pada 1938. Sayang di babak final, SIVB harus mengakui keunggulan VIJ Jakarta dan harus puas menjadi runner-up. Meski demikian, kiprah SIVB di kancah sepakbola nasional mulai dikenal luas.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah warga pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa, melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan Persis Solo. Karena tuntunan zaman, pada 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Pada 1960, nama Persibaja kembali diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) yang terus digunakan sampai saat ini. Di pentas perserikatan, prestasi Persebaya terbilang istimewa. Bahkan karena itu, tim kebanggaan warga Kota Surabaya ini mampu tampil sebagai salah satu "raksasa" di era Perserikatan, bersama PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung, dan Persija Jakarta.
Tercatat dua kali Persebaya menjadi jawara pada musim kompetisi 1978 dan 1988, serta delapan kali menduduki peringkat kedua pada 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1981, 1987, dan 1990. Persebaya bahkan terus menjaga prestasi gemilang ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Di mana Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada 1997 dan 2005.
Bahkan atas prestasi ini, Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang meraih dua kali juara Liga Indonesia. Meski demikian, pasang surut dalam prestasi juga dialami tim ini dalam perjalanan menapaki kompetisi. Terutama saat terdegradasi di divisi satu pada musim kompetisi 2005. Untungnya, hal itu langsung ditebus dengan meraih gelar juara kasta kedua kompetisi sepakbola nasional kala dan kembali promosi di divisi utama pada musim berikutnya.
Selain itu, catatan kelam juga mewarnai perjalanan tim ini. Tepatnya saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah dari Persipura Jayapura dengan skor telak 12-0. Hal tersebut dilakukan sebagai taktik untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian mereka ke final kompetisi perserikatan.
Taktik ini memang terbukti ampuh meski melanggar nilai-nilai sportivitas. Sebab Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan kala itu setelah di babak pamungkas sukses mengalahkan PSMS 3 - 1. Tidak cukup sampai di situ, pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang yang berbuntut pada pengurangan nilai. Akibatnya, Persebaya harus kembali turun tahta di divisi satu.
Dan tiga tahun kemudian atau tepatnya pada 2005, Persebaya kembali menggemparkan pentas sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar karena tidak terima dengan keputusan wasit. Atas tindakannya untuk mundur itu, memupuskan harapan dua tim yang berpeluang ke final, yakni PSIS Semarang dan PSM Makassar. Persebaya pun kembali menuai sanksi berupa skorsing 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Tapi berkat pendekatan yang dilakukan kepada pengurus PSSI, skorsing itu pun diubah dengan degradasi ke divisi satu.
Meski dalam perjalanannya diwarnai kontroversi, tapi Persebaya sukses melahirkan banyak pemain berbakad yang disumbangkan ke timnas. Sebut saja Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy William Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi.
Sayangnya, suasana kepengurusan yang tidak kondusif membuat mantan jawara era Perserikatan ini tidak mampu mengantongi tiket ke Superliga 2008/09, kompetisi kasta tertinggi di pentas sepakbola nasional musim ini, setelah hanya mampu menempati posisi ke-14 di klasemen akhir. Persebaya pun harus rela tampil di divisi utama. Sempat ikut dalam verifikasi tim pengganti, tapi karena fasilitas yang dimiliki dinilai kurang sehingga kalah bersaing dengan PKT Bontang dan PSIS Semarang.
Kiprah Di Liga Dan Copa Indonesia 2008/09
Sebagai tim dengan latar belakang sejarah yang cukup panjang, Persebaya tentulah masih menjadi magnet tersendiri di pentas sepakbola nasional. Itu dibuktikan dengan memimpin klasemen sementara putaran pertama divisi utama wilayah Timur, setelah membukukan 34 poin dari 13 pertandingan. Hasil dari 11 kali menang sekali seri dan sekali kalah.
Hanya saja, perjalanan Persebaya dalam menapaki kompetisi kali ini kembali menuai jalan terjal, menyusul krisis finansial yang dialami akibat tersendatnya dana APBD Kota Surabaya yang selama ini menjadi penopang kehidupan tim.
Akibatnya, manajemen Persebaya memutuskan melakukan rasionalisasi gaji yang berbuntut pada hengkangnya sejumlah pilar termasuk pelatih Freddy Mulli, karena tidak menerima keputusan rasionalisasi tersebut.
Meski sudah ditinggal sejumlah pilar dan pelatihnya, manajemen Persebaya tetap optimistis menatap kompetisi, baik itu di Liga maupun Copa Indonesia. hal itu diwujudkan dengan mendatangkan mantan pelatih Persik Kediri Arcan Iurie Anatolievicie sebagai pengganti Freddy Mulli.
Di tangan pelatih asal Moldova ini, manajemen berharap prestasi Persebaya bisa dipertahankan. Terlebih karena Persebaya harus melakoni babak 24 besar Copa Indonesia. Di mana lawan yang akan dihadapi adalah Persiwa Wamena, tim papan atas Superliga 2008/09.
Peluang Juara
Sukses menempati juara paruh musim wilayah Timur memang bukan jaminan bagi Persebaya bisa melenggang dengan mudah untuk meraih juara divisi utama Liga Indonesia musim ini. Namun demikian, hal tersebut dipastikan menjadi modal awal bagi para pemain Persebaya untuk bisa mengejar prestasi tertinggi, demi mewujudkan ambisi tampil di Superliga musim mendatang.
Hal yang berbeda tentunya di ajang Copa. Maklum saja, karena selain harus berhadapan dengan tim-tim papan atas Superliga, Persebaya juga harus berusaha menyelesaikan persoalan internal yang saat ini dihadapi. Meski demikian, kans tim ini untuk bisa mencatat sejarah sebagai tim kasta kedua yang menjadi juara di ajang turnamen bergengsi yang mempertemukan tiga tim dari divisi berbeda ini, cukup terbuka.
Prestasi
Perserikatan:
Juara: 1950, 1951, 1952, 1978
Runner-up: 1938, 1942, 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1981, 1987, dan 1990
Liga Indonesia:
1994/95: Posisi ke-9, Wilayah Timur
1995/96: Posisi ke-7, Wilayah Timur
1996/97: Juara
1997/98: Kompetisi dihentikan
1998/99: Runner-up
1999/00: Posisi ke-6, Wilayah Timur
2001: Posisi ke-6 Wilayah Timur
2002: Degradasi ke divisi satu
2003: Juara divisi satu, promosi ke divisi utama
2004: Juara
2005: Mundur di babak delapan besar (degradasi ke divisi satu)
2006: Juara divisi satu, promosi ke divisi utama
2007: Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Superliga)
Liga Champions Asia
1998: Babak pertama (Masih bernama Piala Champions Asia)
2005: Babak pertama
Alamat: JL Karanggayam No 1, Surabaya
Telepon : (031) 5032250
Faksimile: (031) 5024955
Ketua Klub: Saleh Ismail Mukadar
Stadion: Gelora 10 November Tambaksari, Surabaya.
Sejarah Singkat
Persatuan sepakbola Surabaya atau lebih populer dengan sebutan Persebaya adalah klub sepakbola profesional yang berkedudukan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Saat ini, tim berjuluk Bajul Ijo yang juga
dikenal dengan julukan Gren Force adalah salah satu tim kontestan divisi utama, kompetisi sepekbola level kedua di tanah air.
Seperti yang tercatat dalam sejarah, klub ini didirikan Paijo dan M Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, tim ini bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub sepakbola bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB) yang berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada 19 April 1930, SIVB bersama VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta), turut memprakarsai lahirnya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. Di mana, SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili M Pamoedji.
Setahun kemudian, kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final pada kompetisi yang digelar pertama kali itu pada 1938. Sayang di babak final, SIVB harus mengakui keunggulan VIJ Jakarta dan harus puas menjadi runner-up. Meski demikian, kiprah SIVB di kancah sepakbola nasional mulai dikenal luas.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah warga pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa, melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan Persis Solo. Karena tuntunan zaman, pada 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Pada 1960, nama Persibaja kembali diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) yang terus digunakan sampai saat ini. Di pentas perserikatan, prestasi Persebaya terbilang istimewa. Bahkan karena itu, tim kebanggaan warga Kota Surabaya ini mampu tampil sebagai salah satu "raksasa" di era Perserikatan, bersama PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung, dan Persija Jakarta.
Tercatat dua kali Persebaya menjadi jawara pada musim kompetisi 1978 dan 1988, serta delapan kali menduduki peringkat kedua pada 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1981, 1987, dan 1990. Persebaya bahkan terus menjaga prestasi gemilang ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Di mana Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada 1997 dan 2005.
Bahkan atas prestasi ini, Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang meraih dua kali juara Liga Indonesia. Meski demikian, pasang surut dalam prestasi juga dialami tim ini dalam perjalanan menapaki kompetisi. Terutama saat terdegradasi di divisi satu pada musim kompetisi 2005. Untungnya, hal itu langsung ditebus dengan meraih gelar juara kasta kedua kompetisi sepakbola nasional kala dan kembali promosi di divisi utama pada musim berikutnya.
Selain itu, catatan kelam juga mewarnai perjalanan tim ini. Tepatnya saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah dari Persipura Jayapura dengan skor telak 12-0. Hal tersebut dilakukan sebagai taktik untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian mereka ke final kompetisi perserikatan.
Taktik ini memang terbukti ampuh meski melanggar nilai-nilai sportivitas. Sebab Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan kala itu setelah di babak pamungkas sukses mengalahkan PSMS 3 - 1. Tidak cukup sampai di situ, pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang yang berbuntut pada pengurangan nilai. Akibatnya, Persebaya harus kembali turun tahta di divisi satu.
Dan tiga tahun kemudian atau tepatnya pada 2005, Persebaya kembali menggemparkan pentas sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar karena tidak terima dengan keputusan wasit. Atas tindakannya untuk mundur itu, memupuskan harapan dua tim yang berpeluang ke final, yakni PSIS Semarang dan PSM Makassar. Persebaya pun kembali menuai sanksi berupa skorsing 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Tapi berkat pendekatan yang dilakukan kepada pengurus PSSI, skorsing itu pun diubah dengan degradasi ke divisi satu.
Meski dalam perjalanannya diwarnai kontroversi, tapi Persebaya sukses melahirkan banyak pemain berbakad yang disumbangkan ke timnas. Sebut saja Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy William Keltjes, Didiek Nurhadi, Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi.
Sayangnya, suasana kepengurusan yang tidak kondusif membuat mantan jawara era Perserikatan ini tidak mampu mengantongi tiket ke Superliga 2008/09, kompetisi kasta tertinggi di pentas sepakbola nasional musim ini, setelah hanya mampu menempati posisi ke-14 di klasemen akhir. Persebaya pun harus rela tampil di divisi utama. Sempat ikut dalam verifikasi tim pengganti, tapi karena fasilitas yang dimiliki dinilai kurang sehingga kalah bersaing dengan PKT Bontang dan PSIS Semarang.
Kiprah Di Liga Dan Copa Indonesia 2008/09
Sebagai tim dengan latar belakang sejarah yang cukup panjang, Persebaya tentulah masih menjadi magnet tersendiri di pentas sepakbola nasional. Itu dibuktikan dengan memimpin klasemen sementara putaran pertama divisi utama wilayah Timur, setelah membukukan 34 poin dari 13 pertandingan. Hasil dari 11 kali menang sekali seri dan sekali kalah.
Hanya saja, perjalanan Persebaya dalam menapaki kompetisi kali ini kembali menuai jalan terjal, menyusul krisis finansial yang dialami akibat tersendatnya dana APBD Kota Surabaya yang selama ini menjadi penopang kehidupan tim.
Akibatnya, manajemen Persebaya memutuskan melakukan rasionalisasi gaji yang berbuntut pada hengkangnya sejumlah pilar termasuk pelatih Freddy Mulli, karena tidak menerima keputusan rasionalisasi tersebut.
Meski sudah ditinggal sejumlah pilar dan pelatihnya, manajemen Persebaya tetap optimistis menatap kompetisi, baik itu di Liga maupun Copa Indonesia. hal itu diwujudkan dengan mendatangkan mantan pelatih Persik Kediri Arcan Iurie Anatolievicie sebagai pengganti Freddy Mulli.
Di tangan pelatih asal Moldova ini, manajemen berharap prestasi Persebaya bisa dipertahankan. Terlebih karena Persebaya harus melakoni babak 24 besar Copa Indonesia. Di mana lawan yang akan dihadapi adalah Persiwa Wamena, tim papan atas Superliga 2008/09.
Peluang Juara
Sukses menempati juara paruh musim wilayah Timur memang bukan jaminan bagi Persebaya bisa melenggang dengan mudah untuk meraih juara divisi utama Liga Indonesia musim ini. Namun demikian, hal tersebut dipastikan menjadi modal awal bagi para pemain Persebaya untuk bisa mengejar prestasi tertinggi, demi mewujudkan ambisi tampil di Superliga musim mendatang.
Hal yang berbeda tentunya di ajang Copa. Maklum saja, karena selain harus berhadapan dengan tim-tim papan atas Superliga, Persebaya juga harus berusaha menyelesaikan persoalan internal yang saat ini dihadapi. Meski demikian, kans tim ini untuk bisa mencatat sejarah sebagai tim kasta kedua yang menjadi juara di ajang turnamen bergengsi yang mempertemukan tiga tim dari divisi berbeda ini, cukup terbuka.
Prestasi
Perserikatan:
Juara: 1950, 1951, 1952, 1978
Runner-up: 1938, 1942, 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1981, 1987, dan 1990
Liga Indonesia:
1994/95: Posisi ke-9, Wilayah Timur
1995/96: Posisi ke-7, Wilayah Timur
1996/97: Juara
1997/98: Kompetisi dihentikan
1998/99: Runner-up
1999/00: Posisi ke-6, Wilayah Timur
2001: Posisi ke-6 Wilayah Timur
2002: Degradasi ke divisi satu
2003: Juara divisi satu, promosi ke divisi utama
2004: Juara
2005: Mundur di babak delapan besar (degradasi ke divisi satu)
2006: Juara divisi satu, promosi ke divisi utama
2007: Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Superliga)
Liga Champions Asia
1998: Babak pertama (Masih bernama Piala Champions Asia)
2005: Babak pertama





